Aku sering mengabaikan Tuhan, tidak jarang aku
menduakannya. Aku sadar itu salah tapi aku masih melakukannya. Saat dirumahMu,
aku asik mainkan smartphoneku yang padahal kalua dipikir-pikir tidak penting,
hanya melihat pembaruan di bbm, atau melihat postingan orang dan kasi tanda “love”
pada postingan itu. Selain itu, kami
hanya membalas chat orang yang cuma
bertanya “lagi ngapain? Udah makan?” Cuma itu Tuhan, hanya sekedar hal demikian
aku tidak mau meluangkan waktuku untukmu.
Padahal dalam
Markus 14 : 38 yang berbunyi “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan
jatuh ke dalam pencobaan, roh memang penurut tetapi danging lemah.”
Kita
diminta untuk berjaga-jaga dan berdoa agar tidak jatuh dalam pencobaan. Tetapi aku
Tuhan, aku tidak bisa memberikan waktuku walau hanya satu jam setelah apa yang
telah Engkau berikan kepadaku.
Aku lebih
menghargai dan membalas kebaikan gadgetku yang memberi kesenangan bagiku. Setiap
saat Tuhan, iya setiap saat aku selalu bersamanya dan ia tak pernah hilang dari
genggaman dan ingatanku. Aku tak bisa
kehilangan dia walau hanya satu jam saja, ia begitu berarti seakan seluruh
hidup ku bergantung padanya.
Ia yang
menurutku baik dan Engkau kulupakan. Tak sadar juga aku Tuhan dengan kebaikan
dan pengorbananMu, hingga Kau rela mati dikayu salib untuk menebus dosaku. Tapi
itu semua tidak penting bagiku, yang paling penting adalah gadgetku. Yang paling
penting aku berfoto selfie dirumahmu dan menguplaodnya dimedia sosial milikku. Itu
saja Tuhan, itu yang sangat berarti, asal banyak tanda “love” di Instagram atau
path, itu sangat membahagiakanku.
Tapi, apa
pernah aku gelisah tidak berdoa selama satu hari? Jawabannya tidak Tuhan, tidak
ada rasa bersalah dan tidak ada yang membuat aku merasa aneh atau ada yang
hilang.
Namun,
hidupku berasa tidak berarti ketika aku tidak punya kuota atau jaringan
internet. Itu sangat menyiksa hatiku. Tidak hanya itu saja, ketika bertemu
dengan teman-temanku, kami semua sibuk dengan gadget-gadget kami masing-masing,
kami tidak saling tegur sapa, atau hanya ala kadarnya saja. Kami hanya sibuk
melayani chat yang bilang, “kamu sudah punya pacar?” atau “sayang, nanti malam
kita nonton AADC 2 ya”. Itu yang membuat kami merasa jauh padahal sebenarnya
kami berdekatan.
Kemajuan zaman
dan perkembangan teknologi seakan membuat kam lupa akan Engkau dan bahkan
hubungan sesama kami.
Tapi,
pernah kita merasa bersalah ketika tidak berdoa?
Sadarkah kita
dengan semua berkat yang diberikan Tuhan setiap detik hidup kita?
Tuhan
begitu mencintaiku, mari renungkan hal-hal tersebut.
(Isa
Oktaviani)
No comments:
Post a Comment