Wednesday 11 May 2016

Aku, Waktu dan Gadgetku




Aku sering mengabaikan Tuhan, tidak jarang aku menduakannya. Aku sadar itu salah tapi aku masih melakukannya. Saat dirumahMu, aku asik mainkan smartphoneku yang padahal kalua dipikir-pikir tidak penting, hanya melihat pembaruan di bbm, atau melihat postingan orang dan kasi tanda “love” pada postingan itu.  Selain itu, kami hanya membalas chat orang yang  cuma bertanya “lagi ngapain? Udah makan?” Cuma itu Tuhan, hanya sekedar hal demikian aku tidak mau meluangkan waktuku untukmu.
Padahal dalam Markus 14 : 38 yang berbunyi “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan, roh memang penurut tetapi danging lemah.”
Kita diminta untuk berjaga-jaga dan berdoa agar tidak jatuh dalam pencobaan. Tetapi aku Tuhan, aku tidak bisa memberikan waktuku walau hanya satu jam setelah apa yang telah Engkau berikan kepadaku.
Aku lebih menghargai dan membalas kebaikan gadgetku yang memberi kesenangan bagiku. Setiap saat Tuhan, iya setiap saat aku selalu bersamanya dan ia tak pernah hilang dari genggaman dan ingatanku.  Aku tak bisa kehilangan dia walau hanya satu jam saja, ia begitu berarti seakan seluruh hidup ku bergantung padanya.
Ia yang menurutku baik dan Engkau kulupakan. Tak sadar juga aku Tuhan dengan kebaikan dan pengorbananMu, hingga Kau rela mati dikayu salib untuk menebus dosaku. Tapi itu semua tidak penting bagiku, yang paling penting adalah gadgetku. Yang paling penting aku berfoto selfie dirumahmu dan menguplaodnya dimedia sosial milikku. Itu saja Tuhan, itu yang sangat berarti, asal banyak tanda “love” di Instagram atau path, itu sangat membahagiakanku.
Tapi, apa pernah aku gelisah tidak berdoa selama satu hari? Jawabannya tidak Tuhan, tidak ada rasa bersalah dan tidak ada yang membuat aku merasa aneh atau ada yang hilang.
Namun, hidupku berasa tidak berarti ketika aku tidak punya kuota atau jaringan internet. Itu sangat menyiksa hatiku. Tidak hanya itu saja, ketika bertemu dengan teman-temanku, kami semua sibuk dengan gadget-gadget kami masing-masing, kami tidak saling tegur sapa, atau hanya ala kadarnya saja. Kami hanya sibuk melayani chat yang bilang, “kamu sudah punya pacar?” atau “sayang, nanti malam kita nonton AADC 2 ya”. Itu yang membuat kami merasa jauh padahal sebenarnya kami berdekatan.
Kemajuan zaman dan perkembangan teknologi seakan membuat kam lupa akan Engkau dan bahkan hubungan sesama kami.
Tapi, pernah kita merasa bersalah ketika tidak berdoa?
Sadarkah kita dengan semua berkat yang diberikan Tuhan setiap detik hidup kita?
Tuhan begitu mencintaiku, mari renungkan hal-hal tersebut.

(Isa Oktaviani)

No comments:

Post a Comment